BannerBerita

Pendapatan Rata-rata Seorang Penduduk Dairi Tahun 2021 Rp 31,16 Juta, Meningkat Rp 890.000 Dibanding Tahun 2020

Sidikalang – Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu mengatakan sebagai dampak mulai meredanya Covid-19 dan juga pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat pada tahun 2021, seorang penduduk di Kabupaten Dairi mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp 31,16 juta atau meningkat sebesar Rp 890.000 dari tahun 2020 yaitu sebesar Rp 30,27 juta rupiah.

“Pada tahun 2021 nilai Gini Ratio sebesar 0,2268, turun 0,0442 jika dibandingkan tahun 2020 sebesar 0,271. Artinya, secara umum pendapatan yang diterima masyarakat semakin merata,” ujar Bupati saat memberikan sambutan dalam Pesta Budaya Njuah-juah Kabupaten Dairi di halaman Gedung Djauli Manik, Sidikalang, Kamis (13/10/2022).

Selain itu, kata Bupati, kinerja Pemerintah Kabupaten Dairi mengalami peningkatan selepas pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun. Peningkatan kinerja ini terlihat dari beberapa indikator yang ada.

Bupati menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dairi tahun 2021 sebesar 71,84 yang tumbuh sebesar 0,27 poin dari tahun 2020 yaitu sebesar 71,57.

“Untuk tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Dairi juga mengalami penurunan di mana tahun 2021 sebesar 1,49% atau turun 0,26 dibandingkan tahun 2020 sebesar 1,75%,” katanya.

Eddy menambahkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2021 meningkat menjadi 2,05 di mana tahun 2020 secara global anjlok dan di Kabupaten Dairi pertumbuhan menjadi -0,94%.

Seperti diketahui, Pesta Budaya Njuah-juah Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, berlangsung meriah di halaman Gedung Nasional Djauli Manik, Sidikalang, Kamis, (13/10/2022).

Pesta budaya ini disaksikan ribuan masyarakat yang tumpah ruah setelah absen selama dua tahun karena pandemi Covid-19.

Acara diawali kirab budaya dari 88 kelompok yang berasal dari seluruh kecamatan yang ada di Dairi, organisasi masyarakat, beberapa sekolah SMP, SMA, SMK, organisasi etnis, dan organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Dairi. Mereka membawa siluah atau hasil panen berupa hasil pertanian dan hasil bumi seperti bawang, cabai, sayuran, dan buah-buahan, sebagai bentuk rasa syukur untuk dipersembahkan kepada pemerintah.

Pelepasan kirab dilakukan oleh Sekretaris Daerah Budianta Pinem dari depan halaman Kantor Bupati Dairi pukul 09.35 WIB dan berlangsung di sepanjang Jl. Sisingamangaraja, Sidikalang sampai depan Gedung Nasional Djauli Manik.

Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu dan istri Romy Mariani Eddy Berutu menunggu peserta kirab di depan Gedung Nasional Djauli Manik. Turut mendampingi bupati dan istri adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Zumi Sulthony, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Joko Suharnowo, Ketua DPRD Dairi Sabam Sibarani, Wakil Ketua DPRD Halvensius Tondang, Wakil Ketua DPRD Wanseptember Situmorang, Dandim 0206/Dairi Letkol Arh Ridwan Sulistyawan, Wakapolres Kompol Denny Boy, Ketua PN Sidikalang Monita Honeisty Sitorus SH MH, dan beberapa pimpinan OPD.

Selain membawa hasil pertanian, para peserta kirab juga menampikan beberapa atraksi budaya yang cukup memikat seperti Reog Ponorogo yang ditampikan organisasi Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera), pencak silat dan Sisingaan yang oleh Paguyuban Keluaraga Pasundan dan IKJ (Ikatan Keluarga Jawa), dan tentu saja atraksi budaya Pakpak sebagai ciri khas budaya Dairi.

Usai kirab, Bupati Eddy Berutu beserta rombongan kemudian disambut Tarian Era-era. Tarian ini merupakan tarian khas Pakpak dan hanya ditampilkan di acara-acara seremonial, misalnya penyambutan tamu yang dianggap penting atau di saat penyelenggaraan sebuah event besar.

Tarian Era-Era ini dilakukan oleh 5 orang. 3 laki-laki dan 2 perempuan. Bahan dasar yang digunakan untuk mengera-era adalah batang dan daun silinjuhang serta air bersih

Selanjutnya dilakukan acara Mendilo Raja atau memanggil raja kampung. Adapun raja di Kabupaten Dairi ada sebanyak 16 raja yaitu raja marga Angkat, Bintang, Ujung, Capah, Kudadiri, Gajah Manik, Sinamo, Berampu, Pasi, Saraan, Sambo, Pardosi, Manik, Lingga, Matanari, dan Maha.

Setelah para raja dipersilahkan berdiri di depan panggung, selanjutnya dilakukan acara Pesakatken Gatap Ncayur atau meminta izin kepada para raja dengan memberikan uang parsatabbian atau uang meminta izin disertai sirih siap saji untuk dimakan.

Bupati dan unsur forum pimpinan daerah meminta izin untuk mengadakan acara Pesta Njuah-juah ini agar direstui dan dapat didukung oleh 16 raja marga tersebut. Acara ini juga sebagai doa agar pemerintah dan masyarakat semakin maju dan pembangunan di Kabupaten Dairi dapat berjalan dengan baik

Selesai acara meminta izin kepada para raja, dilanjutkan dengan acara sakral lainnya yakni mersodip atau meminta doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini dilakukan oleh para raja bersama anak, berru, dan ibebere (putra, putri, dan keponakan) mereka. Dalam hal ini, para raja meminta doa kepada Tuhan supaya Kabupaten Dairi ini semakin maju dan aman dari segala marabahaya.

Dalam mersodip ini, para raja membawa Pelleng (nasi kuning makanan khas Pakpak), Manuk Tuk (ayam dengan ukuran kurang 1 kilogram), ayam panggang, Silinjuhar, Sanggar Simpilit, Nditak makanan khas Pakpak), Pinahpah (padi muda yang ditumbuk dan ini juga merupakan makanan khas Pakpak), sirih, dan telur. Usai mersodip, para raja membagikan Nditak, pinahpah dan telur kepada tamu yang hadir pada acara mersodip tersebut.

Pesta Budaya Njuah-juah berlangsung selama dua hari, Kamis dan Jumat, dengan menampilkan beragam acara budaya dan lomba seperti permainan tradisional merjalengkat, terompah, mergalah, lomba persinabul, mendegger uruk, fashion show, dan ditutup dengan hiburan musik. []

Related Articles

Back to top button